Senin, 28 November 2011

Diposting oleh Dendi Apriadi

Jejak langkah itu semakin beraturan seraya semangat berkoar indahnya Nusantara.
Berujar sana sini seakan-akan berkamuflase dalam kesedihan yang di derita ibu pertiwi
Derita si merah putih
Derita si garuda
Kami para pemuda dari sabang sampai merauke beranalogi akan indahnya Indonesia..
Jamrud khatulistiwa yang dipoles oleh pemuda-pemuda tanpa lelah dengan air mata dan keringat mereka seraya berteriak bahwa Indonesia sedang mati suri dan kami akan membangunkannya dengan segenap jiwa raga karena kami para mata tombak negeri yang hanya butuh seorang pemimpin sejati untuk menusukkannya terhadap..
Keserakahan
Kemunafikan
Dan
Sejarah yang menipu !!!
                                                                                                                Bengkulu selatan,28 Nouv 2011
TANYA
Bulan ku mau bertanya…
Bagaimana caraku memetik bunga tanpa membuat sakit tangkainya???
Bulan ku bertanya lagi..
Rinduku bertaburan dihamparan harapanku tuk bersamany…
Berikanlah aku jawab Bulan !!!
Setetes Imanku akan dia juga merindukan ku disetiap malam-malamnya..
Satu lagi bulan..
Bagaimana juga caraku menyuntingnya tuk kujadikan permaisuri dikerajaan kesederhanaanku ini..???
Beriku jawab melalui sinarmu waahai bulan…
         Bengkulu Selatan,16 April 2011
                                                                  INDAH…
Pagiku sekarang indah bertabur rindu tentang sesosok gadis manis penawan hati
Menyingkap sejuta rasa tuk slalu bertanya ada apa dibalik keelokan rupa jelitamu
Kulukis indahmu di dalam kanvas jiwa yang tlah lama usang dengan sejuta warna kebahagian..
Kerling mata sayu yang terkadang melirik memberi makna akan sebuah cinta..
Kan kugapai dan kupeluk semua rindumu yang berterbangan di hadapku..
Kau hadirkan indah disela tangis yang menghantuiku..
Kau ciptakan rindu dari kamuflase sakit yang ku rasa…
Pinggiran Unlam,2 Juni 2011
Menulis Puisi seperti sebuah kebiasaan yang aku sendiri pun tak menyadarinya sejak kapan menyukai dan menikmati itu.
Namun aku masih ingat ketika dukungan dari Ka ASA (Ali Syamsudin Arsy) sastrawan asal Kota Banjarbaru itu mendorongku dan memberikan papadahan tentang indahnya menulis puisi, maka itu membuatku semakin terpacu dan slalu berfikir untuk menjadi seorang sastrawan yang ahli di bidang puisi, hahahahahaah seperti sebuah hal yang sangat sulit untuk terpenuhi karena aku memang di didik bukan untuk itu. Tetapi ternyata mungkin karena keseringan membaca puisi dan melihat orang berpuisi jalan fikiranku seakan mampu berbicara tentang membuat sebuah puisi, yang kemudian aku tuangkan kesecarik kertas dan hingga sekarang kalau ada inspirasi pasti tercipta sebuah puisi walaupun puisinya biasa aja dan belum pantas di publikasikan..heeheheheheeh (meyakinkan diri untuk berkarya).
Tahun 2008 adalah tahun pertama tercipta puisi pertamaku yang berjudul “Jatuhnya seorang Durjana”, betapa senangnya saat itu mampu menciptakan sebuah puisi yang sejujurnya aku sendiripun bingung apa sih maksud puisi itu heehheeheheheh n_n. Namun lagi-lagi saat memperlihatkan puisi itu kepada Guru Bahasa Indonesiaku, Ayahanda Aham Muhiddin, S.Pd saat itu Beliau. Bilang,”sebuah puisi itu yang tau maksudnya hanyalah si Pencipta puisi itu sendiri”. Nah..nah..sejak saat itulah aku punya keyakinan tinggi untuk berkarya..
Thanks To :
•Allah SWT yang memberikan hamba akal Fikiran yang Insyaallah berguna untuk semuanya
•Ayah,Ibu n Keluarga yang menjadi Inspirasiku selama ini I love you.
• Pacarku tercinta makasih ya dukungannya dan segala cinta kasih sayangnya dan juga kesetiaannya     selama mendampingiku.
•Sahabat,Teman, saudaraku se-tanah Air Indonesia, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
•Mantan pacarku yang juga memberi dukungan makasih ya.
•Seluruh Makhluk Hidup yang ada di Bumi karena kalian lah aku mampu seperti ini.
“Aku hanyalah seonggok daging membalut tulang yang akan bersandar di pundak Tuhanku tanpa Sadar”

0 komentar:

Posting Komentar